Melali To Lembongan

crew
Tidak seperti biasanya, kalau urusan ngayah/bekerja dg iklas tanpa mengharapkan upah di acara dunia magis, kita pasti berangkat sore. Namun kali ini lokasinya berada di sebelah timur Pulau Bali, mesti nyeberang Selat Badung. Pada saat ketemuan dengan Pak Kadek Miles, orang yg menjadi kontak saya, sudah diwanti-wanti agar berkumpul tepat waktu di Pantai Sanur. “Keberangkatan akan barengan dengan Ratu Peranda” singkat kalimatnya di HP.

Tepat sampai di sanur, sudah ada beberapa semeton dari Nusa Lembongan menunggu untuk ikut membantu mengangkut perlengkapan kerja pendokumentasian pementasan dramatari klasik Dukuh Suladri di Desa Adat Lembongan. Tengkiu untuk Pak Sugik, Kapten Speed Boat Sea Horse, perjalanan yg menyenangkan sampai di Lembongan. Sebenarnya sudah beberapa kali mengenal Lembongan, bahkan saya pernah ngajak istri untuk berlibur ke pulau mungil nan indah ini. Cerita indah itu tertulis dengan baik di sini. dan disini Di Lembongan, kami langsung menuju ke lokasi pementasan, mengecek segala sesuatu untuk keperluan pendokumentasian. Dimana lokasi penempatan peralatan operator, bagaimana kelistrikan, audio dan penempatan sudut ambil gambar. Bahkan bapak petugas PLN cabang Lembongan ikut terjun langsung ke lokasi untuk memastikan ketersediaan listrik untuk pementasan kali ini.

Saya yg sudah beberapa kali ke Nusa Lembongan, masih sempat untuk menanyakan, “kenapa di sini panas sekali..?” “kalau gak panas, bukan nusa namanya Sus”, sms Bli Balok, semeton saya yg kebetulan dari Banjar Kangin, Desa Jungutbatu, Lembongan. Ada sesuatu yg membuat saya tergelitik saat itu, ada spanduk bertuliskan “calonarang dukuh suladri.”, lho? Ini pementasan Calonarang apa Dukuh Suladri..? saya dipastikan bahwa ini pementasan dengan cerita Dukuh Suladri, tapi kok tulisan spanduknya Calonarang..? saya tidak mendapat jawaban…


Balok Fam

Pak Balok 

Ada waktu dimana kami menyempatkan untuk mengunjungi salah satu kerabat teman yg kebetulan tinggal di Jungutbatu. Pak Sugeng, sang penjual bakso, tengkiu pak, ayam krispinya gede dan krispi banget, enak ( gratisan hehee.. ). Masuk sms salah satu teman, Windu ( adik Bli Balok ), ia meminta agar menyempatkan waktu untuk singgah ke rumahnya di Jungutbatu. Tapi waktunya kurang tepat, hari itu Buda Cemeng Klawu. Banyak odalan / upacara di sini. Yah, saya hanya bertemu dengan bapak-nya Bli Balok. Saya tidak tahu siapa nama asli beliau karena di daerah sini, seseorang dipanggil sesuai dengan nama anaknya yg pertama, pak balok. Pembicaraan panjang dari tentang cerita sudah ada banyak cucu, jatuh dari sepeda motor..? ( beliau adalah seorang kapten yg sudah masuk katagori legend di Nusa ), mencari hari-hari baik/pawukon, pura2, cerita wayang cengblonk, Calonarang, Dukuh Suladri ( lebih ke arah kepemangkuan ) sampai sudah cukup untuk merasakan hidup ( ini cerita yg berat, karena memang saya suka kalau membicarakan sesuatu tentang hidup dan kehidupan, karena beliau orangnya terbuka, antara mengkritik dg di kritik ). Bapak bli balok, masih seperti dulu, saat saya kenal belasan tahun yg lalu, saat memek / istri beliau masih ada. Beliau adalah orang tua yg baik, saya sudah menganggapnya sebagai orang tua saya. 

Seperti biasa, saya selalu menikmati setiap pementasan2 seperti ini. Namun kali ini saya ditemani Bli Balok, asisten saya, hahahaa… (just kidding bli ). Awal-awal pementasan berjalan seperti biasa. setelah keluar sisya ngereh /murid-murid Dayu Datu baru saya menjadi lebih tertarik, para penarinya pasti cantik-cantik dengan pakaian dan tarian yg magis. Suasana kembali sedikit berubah saat bangke-bangke-an memasuki kalangan,. Kali ini ada 2 bangke yg di tampilkan, diusung dari dalam Pura Pesimpangan Dalem Ped menuju ke kalangan. Satu persatu penonton mulai kerawuhan/trance Beruntung para pecalang/petugas pengamanan adat sigap untuk mengantisipasi agar yg kerawuhan tidak sampai mengganggu acara. Suasana semakin terasa berbeda saat cerita memasuki adegan Dukuh Suladri beradu kesaktian dengan Dayu Datu. Ida Ratu Sasuhunan yg berstana di Pura Penataran Pesimpangan Dalem Ped di Lembongan benar-benar luar biasa. Baru sesaat Beliau napak pertiwi/menyentuh bumi, damuh-damuh ida / para bawahan Sang Ratu sudah pada kerawuhan/trance menyambut kehadiran Beliau. Kalau boleh dibilang hampir sepertiga dari penonton yg hadir ikut kerawuhan / trance. Sampai-sampai teman-teman pada kewalahan untuk mendokumentasikan. Kamera terhalangi oleh yg kerawuhan dan penonton. Bahkan 2 buah lampu kami diterjang oleh semeton yg kerawuhan.

Karya mapelaspas lan ngeteg linggih Ini adalah kesempatan baik untuk nyolahang Ida Ratu Sasuhunan, bukan dikerumini yg justru membuat sempit ruang gerak Ida Ratu Sasuhunan untuk masolah. Dan sang juru kamera yg bertugas untuk membidik gambar dari angle yg bagus malah terhalangi para penonton. Semoga tahun-tahun ke depan, panitia lebih sigap untuk mengantisipasi hal ini. Tetap syukur semua berjalan dengan dengan baik-baik saja..

Tengs to- pak kadek miles, pak ketut ardana

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

6 komentar:

  1. Jek Mantap Sajan Ru...., Lanjutkan..!!! He,,he,,,

    BalasHapus
  2. Mantap Sajan...., He,,he,, Lanjutkan Ru..!!! :)

    BalasHapus
  3. tidak banyak kaula muda jaman sekarang yang meng expost kebudayaan bali, apalagi calon arang, semoga anda bisa sebagai orang muda dibali yang bisa memplopori untuk kaula muda jaman yg akan datang....
    semangat.......!!!

    BalasHapus
  4. naice post bli.. lanjutkan berkarya, selalu ditunggu tulisan2 lainya..

    BalasHapus
  5. Bali Best One Online Reservation - terimaksih banyak

    Anonim - terimaksih semangat anda

    inten - terimakasih bungajepun.blogspot.com

    BalasHapus
  6. mantaaappppp........

    BalasHapus