Tertahan Genangan di Pelupuk Mata…

12:14 PM 0 Comments

sms dari Jro Tapakan Yasa
2 april 2012, 

Saya duduk di pelataran Sal Belibis Rumah Sakit Wangaya, Denpasar. Menjenguk ibu teman baik saya, yang sedang tertidur lemas, bersama sakitnya. Saya tidak pernah menjenguk ibu teman saya semenjak beliau sakit. Orang baik, Maafkan saya... 

Sedang duduk bersama di emperan, kenapa anggota keluarga teman saya teburu masuk ke dalam ruangan.. seperti ada sesuatu yang tidak enak. Kondisi ibu teman saya, kritis.., apa yang bisa saya perbuat dalam situasi seperti ini? Dalam hati saya membathin. 

Sempat berpikir Gayatri Mantram, Oh, Doa Tertinggi, Oh Ibu Dari Segala Mantra, Lagu Terindah yg pernah saya ketahui. 

Jam18.41 wita, sms masuk ke HP saya, Jro Tapakan Yasa mengirimkan pesan singkat : 

suastiastu punapi gatrene, jgi ngdiang niki? Ampun ngajeng

 Saya abaikan sms itu, saya kembali berpikir, ber-Gayatri Mantram...? 

HP saya berdering, call dari Jro Tapakan Yasa, Jehem… 

Kenapa ada telepon saat kondisi begini? Please, biarkan saya hening sejenak, menyampaikan permohonan. Agar situasi bisa kembali sedia kala. Mengganggu sekali getaran HP di saat begini. Saya angkat telepon. Berusaha untuk ramah saya menyampaikan salam untuk beliau.

Jro Tapakan Yasa bilang, entah kenapa beliau seperti merasa harus nelp saya.. 

wenten kabar napi ragane..?… len kleteg tiang makane tiang sms rgne, kden rgne knape2..

..Tiang ring rumah sakit, menjenguk ibu teman tiang sane terbaring lemas, mungkin beliau kritis….” Jawab saya..

Terburu-buru beliau minta nama ibu teman saya… dan mematikan telepon… 

Baru saja saya kirimkan nama ibu teman saya…, Bli Putu (kakak sahabat saya) keluar kamar, tubuh lunglai, melepaskan begitu saja tubuhnya di bawah jendela kamar.. sesak wajahmu, tergenang air mata… 

Jam 18.52 wita… 

ibu teman saya sudah berbahagia bersatu dengan Brahman….” Sms saya kepada Jro Tapakan Yasa ….

semoga ibu teman saya, Manunggal dengan Brahman......


*tertulis bukan untuk mengingat kesedihan, tapi cerita untuk masa tua, bahwa saya punya sahabat….

*Saya mengenal Jro Tapakan Yasa saat pementasan Calonarang di Jaba Pura Dalem Desa Pakraman Kaulan Dewa, Jehem Kelod, Tembuku, Bangli….


0 komentar:

Berkenalan Dengan Jro tapakan

2:04 PM 3 Comments

Berawal saat mendokumentasikan pementasan calonarang di Jaba Pura Dalem Desa Pakraman Kaulan Dewa, Jehem Kelod, Tembuku, Bangli. Saya mengenal Jro Tapakan Yasa, Tapakan Pura Prajapati, Jehem Klod. Ada beberapa keanehan ( menurut saya keanehan), karena perkenalan dari HP begitu singkat lalu lanjut ke pertemuan dengan beliau di gedung kantor saya. Saya ajak untuk masuk ke dalam gedung tapi beliau hanya bilang, bahwa sedang menunggu saya di parkiran. Oh, kenapa..? terasa tidak nyaman saja, bertemu dengan “sang penjaga” di parkiran bawah.

Saat waktu yang telah disepakati, saya ke Jehem untuk memastikan dimana dan bagaimana kondisi di lokasi pementasan. Dipersilakan untuk beristirahat di Pura Pranjapati Jehem Kelod, saat itulah kami ngobrol ngalur ngidul. Tapi saya masih penasaran, kenapa beliau tidak mau masuk ke dalam gedung..? Dari pembicaraan, sempat saya prediksi bahwa begitu banyak sesuatu yang tak terlihat di sana dan tidak nyaman kalau ada seseorang datang tiba2, walau kedatangannya tidak bermaksud mengganggu mereka yg telah ditempatkan di dalam gedung. Hahahaa…. Mungkin lho yaaa…

Oh yaa.., sepulang dari Jehem, saya mendapat pulsa nyasar.. terimakasih kepada siapapun dirimu yg telah mengirimkan pulsa ke HP saya…. Heee…

Dan sekarang, setelah selesai pementasan...
Saya masih sering sms-an sekedar bertanya bagaimana kabar dan koordinasi hasil editing dan penayangan. Dan terakhir ini tentang seorang kerabat beliau yang mengalami gangguan jiwa sejak 20 tahun yg lalu. Semoga bisa dibantu dalam program Wirasa di Bali Tv…

Saya postingkan perkenalan saya dengan Jro Tapakan Yasa, karena ada sesuatu yang tak akan terlupakan dengan beliau di tanggal 2 april 2012 jam 18.56 wita…

3 komentar:

Tari Sanghyang Jaran



Selesai menyaksikan pementasan Sekaa Kecak Wanita “Srikandhi” oleh dari ibu-ibu PKK Srikandhi Desa Ubud Tengah di jaba Pura Batu Karu, Ubud. Ternyata masih ada pementasan yang lain yaitu pementasan Tari Sanghyang Jaran. Wow, setelah kecak wanita yang klasik, sekarang Tari Sanghyang Jaran yang penuh magis. Mantapss..

Sekilas bahwa Tari Sanghyang jaran adalah tarian magis karena ditarikan dalam keadaan tidak sadar atau trance. Ada beberapa Tari Sanghyang di Bali. Salah satunya adalah tari Sanghyang Jaran. Secara etimologi, Sanghyang Jaran terdiri dari 2 kata, Sanghyang dan Jaran. Sanghyang adalah dewa. Dalam hal ini adalah kekuatan atau energi yang begitu besar sedangkan Jaran berarti Kuda. Sanghyang Jaran adalah Sang Pengendara Kuda yang berfungsi melindungi dari kekuatan penyakit dan kekuatan jahat. Ia menjadi tidak sadarkan diri saat mendengar alunan tembang / suara. Ia berjalan diatas bara panas mengikuti tembang / suara. Terinspirasi dari tarian yang berfungsi untuk melindungi masyarakat dari penyakit dan kekuatan jahat.

Penari –Jro Mangku Sudiana
Tari Sanghyang Jaran, ubud saya up load di SINI

0 komentar:

Cerita Ki Balian Batur -coffee break

9:59 AM , 3 Comments

Setelah saya meng-upload tulisan tentang Ki Balian Batur, seorang teman, saya memanggilnya Bli Balok, menanyakan tentang keberadaan Ki Narantaka Ki Selisik.

Saya yang tau-nya hanya sebatas apa saya tonton dalam pementasan saja, mencari2 dibeberapa sumber dan tentunya bli wayan google. Ada beberapa versi dan ini menurut pemikiran saya.

Cerita Ki Narantaka Selisik adalah kisah sebuah senjata yg mampu mengalahkan Ki Balian Batur. Ki Selisik Narantaka, Ki Narantaka adalah sebuah bedil dan Ki Selisik adalah peluru.

Cerita itu saat ketidakmampuan I Gusti Agung Putu melalui penglimanya Ki Bendesa Gumbyar untuk mengalahkan Ki Balian Batur. akhirnya terdengar sabda dari langit dan versi lain mengatakan bahwa Ki Balian Batur sendiri yg mengatakan bahwa dirinya hanya dapat dikalahkan oleh senjata sakti milik Kerajaan Klungkung yaitu Ki Selisik Narantaka.

Konon Ki Balian Batur tahu bahwa untuk dapat mengharmoniskan hubungan antara Kerajaan Mengwi dg Kerajaan Klungkung dirinya harus gugur...

Kebetulan teman saya ini berasal dari Desa Jungutbatu Nusa Lembongan, Bali. Jadi mungkin akan lebih mengena kalau dituliskan kaitannya dengan Desa Jungutbatu... hehee..

Salah satu murid kesayangan Ki Balian Batur, I Gede Mecaling,anak ke empat dari Dukuh Jumpung yang tinggal di Tegallinggah Banjaran Jungut, di Desa Baturan yg mempunyai kesaktian luar biasa.

Dewa Agung Anom, Putra Agung Jambe dari Kerajaan Klungkung ( yg mengalahkan Ki Balian Batur dengan senjata Ki Selisik Narantaka) mengutus Dewa Babi dan Kyai Batu Lepang untuk mengalahkan I Gede Mecaling.

Singkat cerita Dewa Babi Dan I Gede Mecaling sepakat mengadu kesaktian, dengan menggunakan sarana babi guling. Ada dua pilihan tali, yaitu tali benang dan tali kupas (tali dari pohon pisang). Dewa Babi memilih tali benang dan I Gede Mecaling memilih tali kupas. Kaki belakang dan depan babi guling diikat lalu dipanggang sampai matang. dan konon, ternyata tali kupas putus sebelum babi guling matang

Dengan kekalahan itu maka I Gede Mecaling menuju ke suatu tempat untuk meninjau daerah yang akan dituju. Tempat untuk melihat atau meninjau daerah yang akan dituju disebut Peninjoan sekarang. Nah, dari tempat ini I Gede Mecaling melihat daerah tujuannya yaitu Desa Jugut Batu, Nusa Lembongan. heheee...

Sekarang, keberadaan Ki Selisik Narantaka ( Ki Selisik Dan Ki Narantaka), saya tidak tahu, mungkin masih tersimpan di Kerajaan Klungkung... hehee...


Akhir percakapan saya dengan Bli Balok,

Bli Balok
“Info n crita yg mnrik sus... Bli tau sebatas crita Ki Balian Batur,
Hub. ne jak Ratu Gede Mecaling mr dpt uli sus, kumpulin yg detail ya... Trus kirim ke Nuslem....”

YanNusa
“wakakaaa.. tidak bisa saya selesaikan bli, itu membutuhkan kemampuan & konsentrasi tingkat tinggi bli.. saya hanya tahu sebatas itu, tidak lebih... hehee.. apalagi menyebut nama Ratu Gede Saking Nusa.. jeg mesrieng awak rage bli...so, saya tidak berani bli, jangankan menulis kisah Beliau yg begitu agung, membaca nama beliau aja sy merinding...”

tengs -gustu107.blogspot.com

3 komentar:

Kecak Wanita “Srikandhi” Ubud

3:17 PM , 0 Comments


Rasanya kurang klop jika jalan-jalan ke pulau Para Dewa, kalau kita tidak menyaksikan tari Kecak, sebuah tarian khas Pulau Dewata. Mungkin sudah jadi hal biasa kalau Tari Kecak ditarikan oleh para lelaki saja, namun kali ini istimewa sekali bagi saya. Kecak Wanita..!

Ini adalah kali kedua saya bertemu dengan sekaa Kecak Wanita ini. Namun sayang sekali, saya lupa untuk menuliskannya dan sama sekali tidak ada dokumentasinya, hehe.. nah, kali kedua ini juga begitu, rasa malas saya masih senang berteman akrab dengan saya, haha.. sedikit dipaksa, akhirnya saya mendapatkan filenya.

Sekaa Kecak Wanita “Srikandhi” ini terdiri dari ibu-ibu PKK Srikandhi Desa Ubud Tengah, Gianyar-Bali. Ubud yang sudah terkenal dengan kota seni, tidak hanya menghadirkan seni lukis dan patung serta tarinya yang didominasi oleh para laki-laki. Kali ini PKK Srikandi akan membuktikan bahwa ibu-ibu yang walau sudah dibebankan untuk mengurus rumah tangga dan pekerjaan adat lainnya, masih sempat untuk berekspresi, menampilkan kebolehan yg mereka miliki. Tidak main-main, yang mereka hadirkan adalah kesenian kecak.


Saya datang lebih awal dari para penonton yang lain, sehingga saya bisa menyaksikan persiapan penampilan kali ini. Di bawah pohon beringin tua, obor-obor dan lampu minyak diletakkan sedemikian hingga seolah-olah membentuk sebuah lingkaran api. Saya sempat berbincang-bincang dengan sang pelatih, Gusti Lanang Oka Ardika atau yang lebih dikenal dengan nama Cedit. Ada cerita lain tentang Pak Cedit ini. Beliau beberapa kali sempat terlihat di layer televisi sebagai bintang iklan hehe.. dan terkahir saya tahu bahwa beliaulah yang memerankan penari Topeng Tua di stasiun Bali TV.

Kemudian olehnya, saya dikenalkan oleh pelatih tari yg lain, Anak Agung Anom Putra. Ternyatanya, saya sudah sempat bertemu/kenal dengan beliau, kalau gak sekitar tahun 2008. Pada saat itu, Pak Agung Anom menari Baris dan Topeng Tua di Balai Banjar Kutuh Kelod, Jaba Pura Dalem Ubud. Belum pernah saya melihat Tari Baris setegas Pak Agung Anom.




Epos Ramayana

Jika ingin menyaksikan penampilan Sekaa Kecak Wanita "Srikandhi", datanglah hari rabu jam 19.30 wita ke Jaba Pura Batu Karu, Ubud.

Para penari sudah siap tampil, mereka memakai kamen dengan rambut terurai. Cerita yang diambil kali ini adalah Epos Ramayana. Kisah besar perjalanan dan kehidupan manusia cerdas, Sang Rama.

Cerita diawali oleh Perjalanan Rama bersama Sita dan sang adik, Laksmana di sepanjang Sungai Godawari. Mereka menikmati keindahan hutan Panchawati.

Tiba-tiba muncul seekor kijang emas. Sita tertarik akan gerak-gerik kijang emas dan meminta sang suami, Rama, untuk menangkap kijang emas. Namun Rama tahu bahwa kijang emas itu sejatinya adalah jelmaan Patih Marica. Namun Sita tidak perduli dan bersikeras meminta Rama untuk menangkap kijang emas. Rama berusaha menangkap kijang emas, sampai ke dalam hutan, meningalkan Laksmana dan Sita.

Sita khawatir mendengar jerit kesakitan Rama. Laksmana tahu bahwa jeritan itu bukan Rama melainkan Patih Marica yang tertancap panah Rama. Sita tidak memperdulikan dan meminta Laksmana untuk mencari tahu keberadaan Rama. Laksmana meninggalkan Sita dengan memberikan pelindung bahwa siapapun yang berpikiran buruk tidak akan bisa mendekati Sita.

Di saat Sita sendirian datanglah Raja Alengkapura, Rahwana. Ia tertarik akan kecantikan Sita. Namun ia tidak mendekati sita karena perlindungan yang dibuat oleh Laksmana.

Rahwana mempergunakan taktik agar Sita keluar dari batas perlindungan yang telah dibuat Laksmana. Sita dilarikan ke Alengkapura.

Rama dan Laksmana bersedih kehilangan Sita. Mereka meminta bantuan kera putih, Hanoman, untuk menemukan keberadaan Sita.

Hanoman menyeberangi lautan menuju ke Kerajaan Alengkapura. Ia menemukan Sita di taman Ashoka bersama dengan raksasi wanita, Trijata. Hanoman menyerahkan cincin pemberian Rama sebagai bukti bahwa Hanoman adalah utusan Rama dan mengatakan bahwa Sita tidak perlu kawatir lagi karena tak lama lagi Rama sendiri yang akan menyelamatkan Sita.

Hanoman menuju ke Kota Alengka, ia merusak taman kota dan sengaja membuat agar dirinya tertangkap oleh pasukan Alengka. Tujuannya adalah untuk mengetehui gambaran Kota Alengka dan sejauh mana kekuatan musuh. Rahwana memutuskan untuk menghukum Hanoman. Ia dibakar hidup-hidup. Namun tak disadari oleh Rahwana, justru ini adalah kesempatan untuk membakar kota alengka dan membunuh para raksasa.

Setelah puas melaksanakan aksinya, Hanoman kembali ke Rama dan melaporkan segala yang telah ia lakukan selama menjadi duta di Alengkapura. Rama ditemani Laksmana dan Hanoman berperang melawan pasukan Rahwana. Rama berhasil mengalahkan Rahwana dan menyelamatkan Sita.


Tengs – Sekaa Kecak wanita “Srikandhi” Desa Ubud Tengah

0 komentar: