Melali To Lembongan

crew
Tidak seperti biasanya, kalau urusan ngayah/bekerja dg iklas tanpa mengharapkan upah di acara dunia magis, kita pasti berangkat sore. Namun kali ini lokasinya berada di sebelah timur Pulau Bali, mesti nyeberang Selat Badung. Pada saat ketemuan dengan Pak Kadek Miles, orang yg menjadi kontak saya, sudah diwanti-wanti agar berkumpul tepat waktu di Pantai Sanur. “Keberangkatan akan barengan dengan Ratu Peranda” singkat kalimatnya di HP.

Tepat sampai di sanur, sudah ada beberapa semeton dari Nusa Lembongan menunggu untuk ikut membantu mengangkut perlengkapan kerja pendokumentasian pementasan dramatari klasik Dukuh Suladri di Desa Adat Lembongan. Tengkiu untuk Pak Sugik, Kapten Speed Boat Sea Horse, perjalanan yg menyenangkan sampai di Lembongan. Sebenarnya sudah beberapa kali mengenal Lembongan, bahkan saya pernah ngajak istri untuk berlibur ke pulau mungil nan indah ini. Cerita indah itu tertulis dengan baik di sini. dan disini Di Lembongan, kami langsung menuju ke lokasi pementasan, mengecek segala sesuatu untuk keperluan pendokumentasian. Dimana lokasi penempatan peralatan operator, bagaimana kelistrikan, audio dan penempatan sudut ambil gambar. Bahkan bapak petugas PLN cabang Lembongan ikut terjun langsung ke lokasi untuk memastikan ketersediaan listrik untuk pementasan kali ini.

Saya yg sudah beberapa kali ke Nusa Lembongan, masih sempat untuk menanyakan, “kenapa di sini panas sekali..?” “kalau gak panas, bukan nusa namanya Sus”, sms Bli Balok, semeton saya yg kebetulan dari Banjar Kangin, Desa Jungutbatu, Lembongan. Ada sesuatu yg membuat saya tergelitik saat itu, ada spanduk bertuliskan “calonarang dukuh suladri.”, lho? Ini pementasan Calonarang apa Dukuh Suladri..? saya dipastikan bahwa ini pementasan dengan cerita Dukuh Suladri, tapi kok tulisan spanduknya Calonarang..? saya tidak mendapat jawaban…


Balok Fam

Pak Balok 

Ada waktu dimana kami menyempatkan untuk mengunjungi salah satu kerabat teman yg kebetulan tinggal di Jungutbatu. Pak Sugeng, sang penjual bakso, tengkiu pak, ayam krispinya gede dan krispi banget, enak ( gratisan hehee.. ). Masuk sms salah satu teman, Windu ( adik Bli Balok ), ia meminta agar menyempatkan waktu untuk singgah ke rumahnya di Jungutbatu. Tapi waktunya kurang tepat, hari itu Buda Cemeng Klawu. Banyak odalan / upacara di sini. Yah, saya hanya bertemu dengan bapak-nya Bli Balok. Saya tidak tahu siapa nama asli beliau karena di daerah sini, seseorang dipanggil sesuai dengan nama anaknya yg pertama, pak balok. Pembicaraan panjang dari tentang cerita sudah ada banyak cucu, jatuh dari sepeda motor..? ( beliau adalah seorang kapten yg sudah masuk katagori legend di Nusa ), mencari hari-hari baik/pawukon, pura2, cerita wayang cengblonk, Calonarang, Dukuh Suladri ( lebih ke arah kepemangkuan ) sampai sudah cukup untuk merasakan hidup ( ini cerita yg berat, karena memang saya suka kalau membicarakan sesuatu tentang hidup dan kehidupan, karena beliau orangnya terbuka, antara mengkritik dg di kritik ). Bapak bli balok, masih seperti dulu, saat saya kenal belasan tahun yg lalu, saat memek / istri beliau masih ada. Beliau adalah orang tua yg baik, saya sudah menganggapnya sebagai orang tua saya. 

Seperti biasa, saya selalu menikmati setiap pementasan2 seperti ini. Namun kali ini saya ditemani Bli Balok, asisten saya, hahahaa… (just kidding bli ). Awal-awal pementasan berjalan seperti biasa. setelah keluar sisya ngereh /murid-murid Dayu Datu baru saya menjadi lebih tertarik, para penarinya pasti cantik-cantik dengan pakaian dan tarian yg magis. Suasana kembali sedikit berubah saat bangke-bangke-an memasuki kalangan,. Kali ini ada 2 bangke yg di tampilkan, diusung dari dalam Pura Pesimpangan Dalem Ped menuju ke kalangan. Satu persatu penonton mulai kerawuhan/trance Beruntung para pecalang/petugas pengamanan adat sigap untuk mengantisipasi agar yg kerawuhan tidak sampai mengganggu acara. Suasana semakin terasa berbeda saat cerita memasuki adegan Dukuh Suladri beradu kesaktian dengan Dayu Datu. Ida Ratu Sasuhunan yg berstana di Pura Penataran Pesimpangan Dalem Ped di Lembongan benar-benar luar biasa. Baru sesaat Beliau napak pertiwi/menyentuh bumi, damuh-damuh ida / para bawahan Sang Ratu sudah pada kerawuhan/trance menyambut kehadiran Beliau. Kalau boleh dibilang hampir sepertiga dari penonton yg hadir ikut kerawuhan / trance. Sampai-sampai teman-teman pada kewalahan untuk mendokumentasikan. Kamera terhalangi oleh yg kerawuhan dan penonton. Bahkan 2 buah lampu kami diterjang oleh semeton yg kerawuhan.

Karya mapelaspas lan ngeteg linggih Ini adalah kesempatan baik untuk nyolahang Ida Ratu Sasuhunan, bukan dikerumini yg justru membuat sempit ruang gerak Ida Ratu Sasuhunan untuk masolah. Dan sang juru kamera yg bertugas untuk membidik gambar dari angle yg bagus malah terhalangi para penonton. Semoga tahun-tahun ke depan, panitia lebih sigap untuk mengantisipasi hal ini. Tetap syukur semua berjalan dengan dengan baik-baik saja..

Tengs to- pak kadek miles, pak ketut ardana

6 komentar:

Aji Kepatian Weda Sulambang Geni Pasupati Ki Bendesa Manik Mas

Ida Sasuhunan Pura Dalem Manik Tirta
Ki Bendesa Gading Wani adalah seorang kaya raya di Desa Gading Wani. Tidak ada yang berani menentang segala keputusan beliau. Apalagi setelah beliau mendapat anugrah, dwi jati, kesempatan untuk dilahirkan dari pengetahuan oleh Maha Rsi Danghyang Nirartha. Ki Bendesa Gading Wani mendapat julukan Ki Dukuh Macan Gading. Ki Dukuh Macan Gading merasa begitu bahagia. Kebahagiaannya semakin menjadi setelah melihat kemakmuran yang dirasakan masyarakatnya. Beliau merasa ini adalah berkat kedatangan Danghyang Nirartha. Vibrasi Danghyang Nirartha telah memberikan energi baik bagi setiap makhluk di pedesaan pun merupakan berkat subur bagi tanah persawahan di Desa Gading Wani. Kebahagiaan tak terhingga inilah yang memunculkan rasa, keinginan untuk terus berbakti pada Sang Pemilik Jagad, Ida Sang Hyang Widhi. Upacara yadnya, itulah yang terbersit dalam pikiran Ki Macan Gading sebagai ungkapan syukur atas anugrah kebahagiaan ini. Karena baginya, tiada berguna kekayaan berlimpah jika ia tidak mampu menghaturkan yadnya persembahan. Sebagai tanda perhormatan untuk guru, bahwa dengan yadnya, sebagai tanda bahwa kita berbakti, apalagi beliau telah lahir dari pengetahuan, diperbolehkan untuk melaksanakan yadnya.

Sang Kalika Maya 

Sang Kalika Maya, Sisya Sanghyang Durga Birawi, penghuni Setra Gandamayu. Keberadaaannya di Sentra Ganda Mayu untuk menjaga keseimbangan setra. Sang Kalika Maya terkenal karena kemampuan ilmu hitam/ pengeleakan yang dimiliki. Tak ayal, begitu banyak orang dari berbagai penjuru desa datang menghadap, memohon agar berkenan dijadikan murid Sang Kalika Maya. Diceritakan kalau ada manusia yang berbuat tidak sesuai dengan tata karma / swadarma-nya pun semisal ada manusia yang melakukan upacara yadnya tanpa didasari oleh rasa iklas dan suci, maka Sang Kalika Maya akan memberikan hukuman. Zaman Kali Yuga, zaman dimana sifat manusia tamak dengan keinginan / kama, sifat-sifat satwan / kebenaran sudah diselimuti oleh rajas, tamas.

Sang Kalika Maya menceritakan pada muridnya, ia masih teringat akan tugas yg diberikan padanya. Dari dalam hatinya, ia melihat bahwa seorang manusia yang bernama Ki Dukuh Macan Gading sedang persiapan dalam melaksanakan upacara yadnya yang didasari oleh sifat angkuh, menyombongkan diri. walau upacara yadnya dilakukan penuh dengan kemegahan duniawi, namun sang dukuh lupa bagaimana seharusnya bersikap dalam melaksanakan upacara yadnya. Upacara yadnya yang dilakukan, baik dalam dewa, rsi, manusia, pitra maupun butha yadnya (panca yadnya – 5 korban suci ), harus didasari oleh rasa iklas, tulus dan suci. Jika tidak, sia-sialah yadnya tersebut. Tugas Sang Kalika Maya –lah yang akan memberikan hukuman akibat kelalaian tingkah Ki Bendesa Macan Gading.

Sisya Ngereh
Di Setra Gandamayu, malam pekat yang tak biasanya, deras hujan mengguyur tanah kering, mengalirkan air bercampur tanah basah, guntur menggelegar, petir menyambar menyilaukam mata. Sang Kalika Maya berdiri bersama para sisya, berdoa kehadapan Sanghyang Durga Birawi. Memohon anugrah agar dapat membuat wabah penyakit di Desa Gading Wana. Mereka bersiap menggagalkan upacara yadnya yang sedang digelar oleh Ki Bendesa Macan Gading di Desa Gading Wana. Wabah di Gading Wana Desa Gading Wana yang sedang hingar binger oleh persiapan upacara yadnya mejadi geger. Kehidupan yang tenteram berbah menjadi suasana menyeramkan. Tidak ada masyarakat yang berani keluar rumah di malam hari. Persiapan upacara menjadi kacau. Bahan-bahan yang menjadi persiapan untuk upacara menjadi cepat busuk. Berbagai perlengkapan upacara yang lain menjadi rusak tak menentu. Banyak warga yang tiba-tiba jatuh sakit dan tak berselang lama, meninggal. Ki Dukuh Macan Gading menjadi risau, kebingungan akan kejadian aneh yang menimpa masyarakatnya. Rasa sedih tak tertahankan menyaksikan masyarakatnya dalam keadaan menderita akibat sesuatu yang tidak jelas. Dalam keadaan pasrah, ia teringat akan saudaranya, Ki Bendesa Manik Mas. Segeralah ia berangkat menuju Desa Mas, meminta bantuan Ki Bendesa Manik Mas.

Pertemuan Kalika Maya
Pertemuan Kalika Maya

Di tengah perjalanannya, Ki Dukuh Macan Gading bertemu dengan Sang Kalika Maya. Sang Kalika Maya menanyakan kenapa Ki Dukuh Macan Gading begitu tergopoh-gopoh dalam perjalanannya. Ki Macan Gading mengatakan bahwa ia terburu-buru untuk bertemu saudaranya , Ki Dukuh Manik Mas di Desa Mas. Sang Kalika Maya, yg sudah tahu dengan apa yg terjadi kembali menyindir, kenapa saat puncak upacara yadnya yg Ki Dukuh Macan Gading lakukan, justru ia pergi meninggalkannya. Ki Dukuh Macan Gading yg terkenal karena kesaktiannya, seakan lari dari tanggung jawab yg sedang ia hadapi.. begitu Sang Kalika Maya menyindir sikap Ki Dukuh Macan Gading. Ki Dukuh Macan Gading sadar, ia sedang berhadapan dengan siapa. Sang Kalika Maya, seorang dengan dengan kemampuan ilmu hitam / pengeleakan tingkat tinggi.

Berkat kemampuannya, Ki Dukuh Macan Gading juga mampu mengetahui bahwa wabah penyakit yang menimpa masyarakatnya akibat ulah dari Sang Kalika Maya. Sang Kalika Maya menyangkal dan mempertanyakan hal apa yg bisa dijadikan alasan untuk dapat menuduh bahwa dirinyalah yang menjadi sebab wabah penyakit di desa. Sesuatu yang diucapkan tanpa dasar yang kuat merupakan sebuah fitnah dan itu pasti menyakitkan. Justru ia mempertanyakan, bukahkan setiap upacara yg dilakukan harus mendapat restu dari Tuhan. Bukan melaksanakan upacara yang asal-asalan. Setiap tindakan tanpa didasari oleh pengetahuan adalah sesuatu yang sia-sia. Upacara yang dilakukan seharusnya didasari oleh pengetahuan, disesuaikan dengan desa kala patra (tempat waktu dan keadaan) serta berpedoman pada tri hita karana (tiga hubungan yang harmonis) yang akan mengarahkan kita pada kebahagiaan. Harta kekayaan yang dimiliki adalah sesuatu yang palsu. Walau mendapat anugrah, walau berasal dari keturunan terhormat, kalau sesana tidak mencerminkan anugrah, kalau perilaku tidak layak menyandang gelar terhormat, ibarat berjalan tanpa pengetahuan, sia-sia apa yang telah dilakukan. Merasa panas karena didera oleh manusia “hitam” seperti Sang Kalika Maya. Harga diri dari keturunan, kemampuan dan pengetahuan serasa tiada mampu menahan cercaan. Beragam cercaan pernyataan, Ki Dukuh Macan Gading merasa tersudutkan. Pikiran sempit menyelimuti dan pembicaraan tidak akan menyelesaikan permasalahan.. Mengasah sebatas mana kemampuan masing-masih adalah jalan keluar terbaik diantara keduanya. Mereka bersiap untuk mengadu kesaktian.

Ki Bendesa Manik Mas 

Ki Bendesa Manik Mas adalah orang yang begitu berwibawa. Beliau seorang dengan kemampuan dan pengetahuan yang tinggi. Mengamalkan ilmu kepada setiap masyarakat, membantu setiap yang membutuhkan pertolongan adalah hal yang menjadi dasar sikap beliau. Hal inilah yang membuat masyarakat begitu segan dengan beliau. Kemampuannyalah yang menyebabkan beliau mampu mengetahui apa yang telah terjadi di Desa Gading Wani. Beliau tahu bahwa saudaranya, Ki Dukuh Macan Gading, yang telah melaksanakan kewajiban sebagai seorang yang telah lahir dari pengetahuan. Seorang yang mendapat anugrah pengetahuan, harus bersikap sesuai dengan kewajiban sendiri berdasar pada pengetahuan itu sendiri. Lebih mengutamakan kebenaran dari pada kepentingan diri sendiri. Segala bentuk hura-hura, judi dan mabuk harus sudah ditinggalkan. Bagaimana dalam keseharian harus selalu berusaha menjadi tuntunan di masyarakat. Bila hal itu diabaikan, niscaya wabah akan merasuki, pikiran buruk akan dapat mengarahkan kita pada hal-hal yang tidak seharusnya. Dan kegelapan akan menyelimuti sehingga dengan mudah sifa-sifat buruk, iri dengki, ego akan menjadi raja. Terjerumuslah ia ke dalam kegelapan itu sendiri.

Saudara adalah ikatan batin yang tak akan mampu terputus. Ia akan menjadi penghubung tanpa batas untuk dapat merasakan rasa itu sendiri. Apapun keadaannya, ia tidak akan dapat terjauhkan. Apalagi kemampuan dan pengetahuan memang mewajibkan untuk selalu menegakkan kebenaran. Kebenaran untuk menghalau energi buruk yang telah menyelimuti. Kebenaran untuk memberikan sinar di saat seseorang sedang terjerumus dalam gelap. Ki Bendesa Manik Mas menghaturkan hormat kepada Sanghyang Durga Birawi, permohonan maaf atas segala yang terjadi. Seraya meminta restu untuk dapat menghalau wabah penyakit yang mengganggu masyarakat Desa Gading Wani. Yadnya persembahan yang dihaturkan tidak sempurna, sehingga para bhuta merusak yadnya. Maka bhuta – bhuti harus di somya kembali menjadi dewa agar yadnya bisa berjalan dengan baik. Hanya dengan taksu hal ini bisa terjadi, karena taksu ngaran seni, seni ngaran ayu*. Segala jenis kebahagiaan semoga datang dari segala penjuru…



Babad sumber dari ki bendesa manik mas, tanpa mengurangi arti makna sumber cerita, membuat suatu kawi cerita namun tidak terlepas dari akar babad itu sendiri 

Tengs to: komang gazes 
Pagelaran Drama Tari ring Pura Dalem Penataran Manik Tirta, Ungasan 
*energi akan memberikan keindahan yang pada akhirnya akan melahirkan kebahagiaan.

0 komentar:

Ilmu Pengetahuan, Wanita Yang Cantikk..

10:13 AM 0 Comments

Dewi Saraswati 
Wanita yang cantik....
siapa yg tidak tertarik..? bukan hanya lelaki, para wanita pun ingin begitu..,

Ilmu pengetahuan diibaratkan demikian karena memang menarik manusia untuk mendekat, mempelajarinya.
Secara filosofis, segala yg ada di dunia semuanya bersumber pada ilmu pengetahuan.

Dengan dilambangkan dengan kecantikan diharapkan umat manusia yang masih diliputi kegelapan/kemalasan/kebodohan, mampu melepaskan diri untuk bangkit mencapai pencerahan dan penerangan

Hari ini mari jadikan sebagai awal perenungan terhadap hakekat sang diri, dalam memaknai ilmu pengetahuan itu sendiri. Proses penggalian pengetahuan itu hendaknya dilakukan secara berkelanjutan.

semoga, temuan-temuan baru yang berguna bagi kehidupan umat manusia, seperti penemuan obat virus Flu burung, ditemukannya obat rabies, penangkal virus HIV, atas seizin Ida Sanghyang Widhi Wasa dapat terjadi dalam waktu yang tidak begitu lama. astungkara...


Selamat Hari Raya Saraswati, Semoga Pikiran yang baik datang dari segala Penjuru!


yannusa
*di kantor juga odalan tepat di hari turunnya ilmu pengetahuan, Saraswati

0 komentar:

Ni Puyung Sugih, Ajian Pudak Setegal

12:12 PM , 1 Comments

Ida Ratu Ayu Manik Sari
Diceritakan seorang janda bernama Ni Simbar Mas memiliki seorang putri, Ni Luh Puyung Sugih. Ni Simbar Mas tinggal di Alas Durga Laya. Ia begitu teguh dalam melaksanakan bakti, tapa, brata, yoga samadi, selalu memuja Ida Sanghyang Widhi. Ia juga sangat ditakuti oleh masyarakat sekitar karena memiliki ilmu pengeleakan/ ilmu hitam atau yg sering disebut pengiwa. Banyak orang-orang dari berbagai penjuru datang untuk berguru pada Ni Simbar Mas. Namun demikian setiap Ni Simbar Mas memikirkan kehidupan anaknya, rasa sedih akan menyelimuti hatinya.

Walau demikian, sebagai orang tua, ia tetap menyayangi anaknya. Ni Simbar Mas tak pernah henti menasehati agar tidak selalu mempergunakan Pudak Setegal untuk mencari pasangan karena semu adanya. Nama baik keluarga harus dijunjung tinggi agar tidak dicap sampah dalam masyarakat. Bakti adalah rasa menyayangi antara orang tua dengan anak pun sebaliknya. Rwa Bhineda akan selalu hidup berdampingan.



Ni Simbar Mas & Ni Luh Puyung Sugih
Ni Luh Puyung Sugih, anak semata wayang Ni Simbar Mas. Ia nampak memiliki paras yang cantik. Tidak ada wanita yang mampu menyamai kecantikannya. Ini dikarenakan ia mempergunakan ilmu Pudak setegal dalam mencari pasangan. Ni Luh Puyung Sugih sudah beberapa kali menikah dan tak satupun umur pernikahannya berlangsung lama. Hal inilah pulalah yang menjadi pemicu kegagalannya dalam berumah tangga.

I Gede Waras, duda dari Bang Waringin. Dulunya ia adalah suami dari Ni Luh Puyung Sugih. Entah kenapa I Gede Waras tiba-tiba teringat akan bekas istrinya. Sudah beberapa kali telah diberitahukan kepada Ni Luh Puyung Sugih agar kembali menjadi menjalin tali rumah tangga yang pernah terputus dulu, namun selalu ditolak. I Gede Waras marah, harga diri terasa diinjak-injak. Ia pun berjanji bahwa Ni Luh Puyung Sugih akan dibuat kembali kehadapannya, tergila-gila kepada I Gede Waras. Segera I Gede Waras mencari balian, orang sakti yang mampu menciptakan guna-guna / pengasih-asih agar Ni Luh Puyung Sugih bisa kembali menjadi istri I Gede Waras.

Diceritakan, berkunjunglah I Gede Waras ke Alas Durga Laya menemui bekas istrinya. Ni Luh Puyung Sugih menolak kehadiran I Gede Waras karena mengaku sudah tidak memiliki perasan apa-apa lagi setelah perceraian itu. I Gede Waras merayu bahwa kedatangannya bukan untuk mengajaknya kembali bersuami istri tapi ia datang untuk berpamitan karena akan pergi jauh dan kebetulan dalam perjalanannya melewati alas Durga Laya, ia berpikir, kenapa tidak singgah untuk berkunjung, bertegur sapa untuk lebih mempererat rasa persaudaraan walau mereka sudah tidak menjadi suami istri lagi.

Ni Luh Puyung Sugih tidak mengetahui niat jahat yang terselubung, lantas menerima kehadiran I Gede Waras. Sikap ramah penuh kepalsuan, I Gede Waras memberikan makanan sebagai tanda rasa hormat kepada Ni Luh Puyung Sugih. Ia yang tidak menyadari bahwa makanan itu telah diisi guna-guna/ pengasih-asih menikmati makanan yang telah disajikan.

Tak berselang lama, Ni Luh Puyung Sugih merasa pening teramat sangat. Setelah sadar ia merasa tidak ingin jauh dari I Gede Waras. Di setiap arah matanya, ia hanya melihat I Gede Waras. Ia menjadi tergila-gila akan I Gede Waras seraya menyerahkan diri mengikuti kemanapun I Gede Waras pergi. sadar akan rencananya berhasil, I Gede Waras segera melarikan Ni Luh Puyung Sugih.

Kemarahan Ni Simbar Mas
Ni Simbar Mas mendapat laporan tentang apa yang telah terjadi. Raut muka merah, ia marah luar biasa, tidak terima akan perlakuan terhadap Ni Luh Puyung Sugih. Melalui kemampuannya, ia mengetahui bahwa I Gede Waras dengan bantuan seorang balian telah mengguna-gunai / pengasih-asih Ni Luh Puyung Sugih. Segera Ni Simbar Mas mengumpulkan para sisya / murid, memerintahkan agar mencari keberadaan I Gede Waras dan membawa kembali Ni Luh Puyung Sugih. Bersama –sama mereka memohon anugrah Bhatari Durga untuk dapat mengalahkan I Gede Waras. Akibatnya banyak warga Bang Waringin yag menjadi korban kemarahan Ni Simbar Mas.

Para Lakon Dalam Cerita
I Gede Waras mengetahui kejadian ini namun tidak mau bertanggung jawab. Ia memerintahkan anak buahnya untuk melapor ke Puri Bang Waringin bahwa terjadinya wabah penyakit yang melanda adalah ulah dari Ni Simbar Mas. Niat liciknya adalah mengadu domba antara Puri Bang Waringin dengan Ni Simbar Mas. Patih Karang Pandung sebagai maha patih yang bertanggung jawab akan keselamatan rakyat sudah mendengar kejadian yang melanda masyarakat. Ia mendapat laporan bahwa Ni Simbar Mas-lah yang menyebabkan wabah ini. Patih Karang Pandung murka, segera menuju ke Alas Durga Laya.

Ni Simbar Mas menyambut kedatangan Patih Karang Pandung dengan sangat ramah. Mereka saling memperkenalkan diri, bercakap-cakap dengan ramah pula. Sama-sama saling menghormati satu sama lain. Patih Karang Pandung mengutarakan maksud kedatangannya ke Alas Durga Laya bahwa rakyatnya di Bang Waringin telah dilanda wabah penyakit akibat dari ulah Ni Simbar Mas. Simbar Mas mengutarakan bahwa ia terlalu sakit hati akibat ulah I Gede Waras terhadap anaknya, Ni Luh Puyung Sugih. Selang beberapa waktu terjadi perdebatan diantara mereka. Sama-sama kukuh akan pendapat masing-masing, mereka memutuskan untuk saling menunjukkan kesaktian masing-masing. Adu kesaktian antara Ni Simbar Mas dengan Patih Karang Pandung tak terhindarkan.

*sasolahan drama tari ring Pura Desa, Desa Adat Kutuh

1 komentar:

Dukuh Suladri

Dikisahkan seorang ahli ilmu pengeleakan/ilmu hitam yang bernama Dayu Datu
Perilaku jahat Dayu Datu membuat masyarakat mengusirnya hingga mengungsilah ia ke Gunung Mumbul

Di Gunung Mumbul, Dayu Datu hidup bersama abdi setianya, Ni Klinyar dan sisya-sisyanya yang lain. Dayu Datu yang sudah diusir tidak pernah merasa jera justru api dendamnya selalu berkobar untuk terus membalaskan sakit hati atas pengusiran itu. Karenanya Dayu Datu dan muridnya tak henti-henti mengganggu penduduk desa dengan pengeleakan /ilmu hitam.

Wayan Buyar, seorang pria yang merasa diri paling hebat dan kaya. Ia selalu membuat warga di sekitar resah. Kesehariannya dipergunakan untuk berjudi, mabuk-mabukan dan main perempuan. Tak ada yang tidak mungkin untuk Wayan Buyar.
Suatu hari Wayan Buyar mendengar kabar bahwa di Pedukuhan Suladri, Gunung Kawi ada seorang wanita cantik bernama Ni Kusuma Sari. Timbullah niat Wayan Buyar untuk menjadikan Ni Kusuma Sari sebagai istri. Bersama para abdinya, berangkatlah Wayan Buyar menuju ke Gunung Kawi.



Kehidupan di gunung tentu saja damai, nyaman dan tenteram. Begitulah yang selalu dirasakan dalam keseharian Ni Kusuma Sari dan ayahnya, Dukuh Suladri. Selain sebagai anak, Ni Kusuma Sari juga menjadi murid kesayangan Dukuh Suladri. Setiap pengetahuan yang diberikan, selalu dapat dipahami oleh Ni Kusuma Sari. Lengkaplah apa yang dimiliki oleh Ni Kusuma Sari. Selain cantik, ia juga paham sastra agama dan ini terimplementasikan pada kesehariannya.

Dukuh Suladri, dengan kemampuan yang dimiliki telah mampu membuat suasana Gunung Kawi menjadi nyaman dan tentram. Pun dengan binatang-buinatang buas yang ada di hutan, telah dibuat menjadi jinak dan ikut menjaga keamanan pedukuhan.


Terasa seperti tidak ada tempat untuk bersandar apalagi menumpahkan kasih sayang karena hidup hanya seorang diri. Semenjak kecil I Mudita tanpa orangtua. Inilah yang membuat hidupnya gelisah tanpa arah. Namun demikian ia masih memiliki semangat, wasiat pesan orang tua. I Mudita diminta agar menemui pamannya, Dukuh Suladri, di Gunung Kawi. Berbekal cincin “Jaga Satru” sebagai pengingat bahwa I Mudita adalah keponakan Dukuh Suladri. Langkah tegak kaki I Mudita meninggalkan Desa Memeling menuju Pedukuhan Seladri di Gunung Kawi.
Sejatinya I Mudita adalah putra Dukuh Suladri dan Ni Kusuma Sari adalah keponakan sang dukuh. Tidak diceritakan kenapa terjadi pertukaran putra ini.

Kedatangan I Mudita di Pedukuhan Gunung Kawi disambut dengan kebahagiaan. Laksana Bhatara Ratih dan Kamajaya sedang berlila cita di pedukuhan, I Mudita dan Ni Kusuma Sari saling jatuh cinta. Apalagi hal ini mendapat restu dari Dukuh Suladri.

Ketika sedang asiknya I Mudita dan Ni Kusuma Sari bermesraan, tiba-tiba datanglah Wayan Buyar dengan maksud untuk merebut Ni Kusuma Sari. Berbagai rayuan diberikan oleh Wayan Buyar namun Ni Kusuma Sari tetap kukuh akan cintanya pada I Mudita.
Wayan Buyar kehabisan akal, ia marah, terbakar oleh api cemburu lalu menyerang dan mengikat I Mudita di sebatang pohon. Bangga akan keberhaslannya, Wayan Buyar segera melarikan Ni Kusuma Sari.


Mendengar jeritan Ni Kusuma Sari, Dukuh Suladri mengerahkan semua binatang di hutan Gunung Kawi untuk melakukan pengejaran. Dalam pelariannya, Wayan Buyar dihadang oleh sekumpulan binatang buas yang bertujuan untuk membebaskan Ni Kusuma Sari. Wayan Buyar tak mampu berbuat apa-apa kecuali melepaskan Ni Kusuma Sari dan berlari menyelamatkan diri. Berhasil menyelamatkan tuannya, sekumpulan binatang mengantarkan Ni Kusuma Sari kembali ke pedukuhan.

Kesal, kecewa, marah, dendam, bercampur menyelimuti pikiran Wayan Buyar yang telah gagal melarikan Ni Kusuma Sari. Ia yang selama ini selalu terkabulkan keinginannya, kali ini harus meminum getah pahit, kegagalan. Demi harga diri, ia bertekad membalas dendam atas
perlakuan yang telah diterimanya.

Terketuklah hatinya untuk meminta bantuan pada Dayu Datu. Ketika tekad bulat itu menjadi keputusan, berangkatlah Wayan Buyar ke Gunung Mumbul. Berbekal kebencian, kemarahan dan nafsu balas dendam, disepakatilah bahwa Dayu Datu akan membantu Wayan Buyar untuk membuat wabah penyakit

Dayu Datu, Ni Klinyar dan para sisya menuju Setra Gandamayu. Mereka berdoa, memohon restu Sanghyang Durga Berawi agar dapat menyebar wabah penyakit di masyarakat.

Wabah penyakit aneh menyerang masyarakat. Banyak warga sakit secara tiba-tiba kemudian meninggal. Kondisi masyarakat seperti ini membuat Dukuh Suladri bersedih. Berkat kamampuan dan pengetahuannya, Dukuh Suladri mampu mengetahui bahwa wabah penyakit aneh ini adalah ulah dari Dayu Datu atas permintaan Wayan Buyar.

Segeralah Dukuh Suladri menuju Gunung Mumbul. Maka terjadilah adu kesaktian antara Dukuh Suladri melawan Dayu Datu.

*sasolahan drama tari klasik "dukuh suladri"
ring Pura Penataran Pesimpangan dalem Ped ring Lembongan



6 komentar:

Antara SBY dan Bung Karno, sebuah Pidato Pada Zamannya

8:52 PM , 0 Comments





PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN INDONESIA – MALAYSIA

Jakarta, 1 September 2010, di Mabes TNI Cilangkap

Bismillahirrahman
irrahim, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua,

Saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air yang saya cintai dan saya banggakan,
Malam ini, saya ingin memberikan penjelasan kepada rakyat Indonesia mengenai hubungan Indonesia – Malaysia. Marilah kita mengawalinya dengan melihat perkembangan dan dinamika hubungan kedua negara, salah satu hubungan bilateral Indonesia yang paling penting.

Hubungan Indonesia dan Malaysia memiliki cakupan yang luas, yang semuanya berkaitan dengan kepentingan nasional, kepentingan rakyat kita.

Pertama, Indonesia dan Malaysia mempunyai hubungan sejarah, budaya dan kekerabatan yang sangat erat – dan mungkin yang paling erat dibanding negara-negara lain, dan sudah terjalin selama ratusan tahun. Kita mempunyai tanggung jawab sejarah, untuk memelihara dan melanjutkan tali persaudaraan ini.

Kedua, hubungan Indonesia dan Malaysia adalah pilar penting dalam keluarga besar ASEAN. ASEAN bisa tumbuh pesat selama empat dekade terakhir ini, antara lain karena kokohnya pondasi hubungan bilateral Indonesia – Malaysia.

Ketiga, ada sekitar (2) juta saudara-saudara kita yang bekerja di Malaysia – di perusahaan, di pertanian, dan di berbagai lapangan pekerjaan. Ini adalah jumlah tenaga kerja Indonesia yang terbesar di luar negeri. Tentu saja keberadaan tenaga kerja Indonesia di Malaysia membawa keuntungan bersama, baik bagi Indonesia maupun Malaysia.

Sementara itu, sekitar 13,000 pelajar dan mahasiswa Indonesia belajar di Malaysia, dan 6,000 mahasiswa Malaysia belajar di Indonesia. Ini merupakan asset bangsa yang harus terus kita bina bersama, dan juga modal kemitraan di masa depan.

Wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Indonesia adalah ketiga terbesar dengan jumlah 1,18 juta orang, dari total 6,3 juta wisatawan mancanegara.

Investasi Malaysia di Indonesia 5 tahun terakhir (2005-2009) adalah 285 proyek investasi, berjumlah US$ 1.2 miliar, dan investasi Indonesia di Malaysia berjumlah US$ 534 juta. Jumlah perdagangan kedua negara telah mencapai US$ 11,4 Miliar pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan ekonomi Indonesia – Malaysia sungguh kuat.

Namun, hubungan yang kh
usus ini juga sangat kompleks. Hubungan ini tidak bebas dari masalah dan tantangan. Ada semacam dalil diplomasi, bahwa semakin dekat dan erat hubungan dua negara, semakin banyak masalah yang dihadapi.

Contoh masalah dan tantangan yang kita hadapi adalah menyangkut tenaga –kerja Indonesia di Malaysia. Kita tahu bahwa keberadaan 2 juta tenaga kerja Indonesia di Malaysia, disamping memberikan manfaat bersama, juga memunculkan kasus-kasus di lapangan yang harus terus kita kelola. Oleh karena itulah, sejak awal, saya berupaya keras untuk memperjuangkan hak-hak Tenaga Kerja Indonesia, antara lain menyangkut gaji dan waktu libur; memberikan perlindungan hukum, dan mendirikan sekolah bagi anak-anak Tenaga Kerja
Indonesia.

Dalam kunjungan saya yang terakhir ke Malaysia, kita telah berhasil mencapai kesepakatan, mengenai pemberian dan perlindungan Hak bagi tenaga kerja kita di Malaysia.

Berkaitan dengan permasalahan hukum yang dihadapi oleh tenaga kerja Indonesia di Malaysia, pemerintah aktif melakukan langkah-langkah pendampingan dan advokasi hukum, untuk memastikan saudara-saudara kita mendapatkan keadilan yang sebenar-benarnya.

Selain masalah TKI dan perlindungan WNI, kita juga kerap menjumpai masalah yang terkait dengan perbatasan kedua negara. Masalah ini memerlukan pengelolaan yang serius dari kedua belah pihak.

Karena itulah, menyadari kepentingan bersama ini, saya dan Perdana Menteri Malaysia sering berkomunikasi secara langsung, di samping forum konsultasi tahunan yang kami lakukan, untuk memastikan bahwa isu-isu bilateral ini dapat kita kelola dan carikan jalan keluarnya dengan baik.......... ( saya potong, lebih lengkapnya silakan search aja di google, salah satunya ada di sini )


--------------------------------------Bandingkan :---------------------------------------



Pada 20 Januar
i 1963, Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Bangsa ini tidak terima dengan tindakan demonstrasi anti-Indonesia yang menginjak-injak lambang negara Indonesia, GARUDA.

Untuk balas dendam, Presiden Soekarno melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia.
Soekarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato pada 27 Juli 1963. Berikut isinya:

"Kalau kita lapar itu biasa Kalau kita malu itu juga biasa Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!


Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu!

Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Ba
ngsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.

Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.

Yoo...ayoo... kita... Ganjang... Ganjang... Malaysia Ganjang... Malaysia Bulatkan tekad Semangat kita badja Peluru kita banjak Njawa kita banjak Bila perlu satoe-satoe..."

Hal apa yg dapat dipetik :

Saya memang tidak sempat menyaksikan pidato yg "langka" tersebut, namun setelah jalan-jalan berberapa lama, sedikit pendapat dari saya,

Saya sangat percaya bahwa SBY benar-benar geram dengan tingkah malaysia, sebagai orang yg dulu malang melintang di dunia militer, merah putih dan harga diri RI adalah harga mati. Namun sekarang SBY adalah seorang presiden, beliau harus memikirkan sekian banyak aspek yg akan menjadi efek dari keputusan beliau. Tentu sebagai presiden, beliau dan staf-staf ahlinya beserta jajaran terkait yg lebih paham ttg Indonesia. Bukan saya yg hanya tahu, GANYANG MALAYSIA secepatnya sambil ikut nimbrung di forum-forum ganyang malaysia untuk mencari pembenaran sikap saya, hehe.. Maka dari itu, beliau ( mungkin ) memakai kalimat super duper halus untuk tidak semakin memperkeruh keadaan.

Mari berpikir lebih positif saja, kita junjung pimpinan kita, bahwa apa yg SBY suarakan kemarin adalah sikap politik yg luar biasa dewasa, dalam arti dia yg marah luar biasa, namun tetap bisa tenang tanpa terprovokasi dan memprovokasi. Lain halnya dengan sikap PM malaysia, sedikit di singgung sudah meledak luar biasa, payah sekali tuh PM, Seperti tidak pernah mengenyam pendidikan saja... oh, mungkin memang begitu sistem pendidikan di malingsia eh malaysia. Bagaimana seharusnya pimpinan tertinggi bersikap, baru dikritik sedikit sudah menuduh media Indonesia terlalu melebih2kan.. Padahal sejatinya mereka-lah yg NOL besar...,

Bagaimana dengan pidato Putera Sang Fajar, salam hormatku untuk BELIAU, Bung Karno memang tidak akan pernah habis jika kita bicarakan, beliau memiliki kharisma yg luar biasa. Hanya dengan ber-orasi, musuh sudah bergetar. Bulu kuduk akan berdiri jikalau kita mendengar pidato beliau, bagaimana jika kita menyaksikan secara langsung..?

Itulah Bung Karno.. Beliau yang terkenal dengan kemampuan berbahasa dan seni telah mampu menggelorakan semangat dan mengajak kita, rakyatnya untuk berdiri di atas kaki sendiri dan tidak menyerahkannya pada orang lain. Beliau siap memasangkan dada untuk setiap sikap yg beliau putuskan,

"Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya." Suatu ungkapan yang sangat luar biasa...

Mari jangan berandai-andai. Kita lakonkan yg sedang terjadi. SBY adalah pemimpin tertinggi kita, bukan Bung Karno. Kita ceritakan pada anak cucu bahwa Indonesia pernah memiliki pemimpin besar, yg mampu membawa Indonesia sebagai MACAN ASIA.

monggo ,silakan dikoreksi...

**tulisan ini saya tulis di note FB pada 2 September 2010

0 komentar:

Cerita Tentang Tangan Kiri

10:07 PM 6 Comments

Di Lobby Denpasar Junction, sebuah mobil avansa putih berjalan pelan di samping kami. Sekilas saya melihat mobil itu penuh dengan penumpang. Dalam hati saya berpikir, wah, ini pasti keluarga besar sedang refreshing. Layaknya saya, bersama istri, ingin juga menikmati suasana mall. Hehe.. Dari mobil itu turun seorang ibu setengah baya bersama ( mungkin ) anaknya. Si ibu menggondol sebuah HP berlabel mahal, berbicara melewati sisi kanan saya, pembicaraannya mengenai pinjam meminjam uang. Kembali saya berpikir, wah, ibu ini sibuknya luar biasa, sampai-sampai refreshing-pun disibukkan oleh bisnis-nya.

Entah apa yang merasuki istri saya, kenapa dia tiba-tiba ingin diantar jalan-jalan untuk membeli roti di BreadTalk di Denpasar Junction. Padahal seringnya dia sendiri yang pergi ke sana dan saya hanya tinggal makan saja. Hehe.. Ini adalah kali pertama saya masuk ke toko roti mahal ( untuk ukuran dompet saya ).

Sambil ikut
memilih roti yang akan kami beli, kembali saya dikejutkan oleh si ibu yang sibuk tadi. Ia mengambil nampan dan mengambil satu persatu roti, dengan tangan kirinya. Entah apa juga yang mendorong saya untuk terus memperhatikannya. Giliran membayar, si ibu mengeluarkan dompet besar dan menyodorkan dua lembaran uang seratus ribuan kepada kasir, dengan tangan kiri. Saya lupakan saja kejadian tadi, sambil keluar, duduk menunggu istri yang ingin mencicipi donat di areal BreadTalk. Kembali sekali lagi si ibu tadi lewat di depan saya, menyerahkan bungkusan roti yang ia beli tadi kepada ( mungkin ) anaknya, menggunakan tangan kanan.

Saya jadi ingat kejadian waktu saya survey sebuah acara di Karangasem, Bali. Pas pulang, kami berencana untuk istirahat, menikmati bakso sambil memuaskan diri diterpa uap air di pantai Candi Dasa, wilayah Candi Dasa, Karangasem, Bali. Ada sebuah rombongan orang luar Bali juga datang sesaat setelah kedatangan kami. Mereka memesan bakso yang sama. Hanya saja, pas di depan saya makan, seorang bapak memilih untuk menu bakso custom . Berdiri di samping si empunya warung, tangan kanan tertekuk menempel pada pinggang dan tangan kiri-nya menunjuk-nunjuk apa aja yg ingin dimasukkan ke dalam mangkok pesanannya.

Ada seorang bapak y
ang lain yang sudah mendapatkan menu bakso, berdiri, meminta untuk si pedagang menambahkan sesuatu ke dalam mangkoknya. Ia menyodorkan mangkok dengan tangan kiri.

Sebenarnya saat itu perut saya sudah kepenuhan oleh bakso khas Candi Dasa tersebut, tinggal mengambil air mineral saja, klop sudah semuanya. Namun saya sengaja memesan semangkuk es teler, agar dapat berlama-lama di sana, mumpung juga teman-teman yg lain masih menikmati es teler-nya.

Panggilan dari TL trav
el tsb menginstruksikan untuk segera berangkat. Saya melihat si bapak yang memesan menu bakso custom tadi mengeluarkan sejumlah uang, menginstruksikan kepada rekannya, bahwa ia yg akan membayar biaya makan kali itu. Dikeluarkan sebuah dompet, diserahkan sejumlah uang kepada si pedagang dengan memakai tangan kiri.

Hal yg hampir sama juga
saya alami sewaktu saya dan istri iseng untuk mencicipi bagaimana sih menu di hoka-hoka bento di jalan Teuku Umar, Bali. Pasangan remaja di belakang antrean istri saya, menunjuk-nunjuk menu pesanan kepada si karyawan dan mambayar menu makan malam mereka kepada kasir. Semua dilakukan dengan menggunakan tangan kiri mereka.

Saya berduit, saya beli...?

Saya jadi berpikir, apa yang aneh dengan kejadian ini yaa..? rasanya wajar-wajar saja. Hanya pikiran saya masih tertahan pada penggunaan tangan kiri. Sedari kecil saya sering diberitahu oleh para orang tua, kalau memberi atau menerima sesuatu, pergunakanlah tangan kanan. Budaya mempergunakan tangan kanan dianggap sopan, menghormati orang lain. Ada sebuah norma yang harus kita ikuti dalam bermasyarakat. Sebab kita berada pada ranah dunia ketimuran. Entah bagaimana di dunia barat sana.

Oh, mungkin si ibu atau bapak & pasangan remaja itu kidal.. jadi mereka lebih peka untuk menggunakan tangan kiri untuk mengerjakan sesuatu. Semoga saja..
Tapi si ibu tsb menggunakan tangan kanannya untuk menyerahkan bungkusan roti untuk anaknya..?



**Di apotek yg melayani ASKES di RS Wangaya, saya menyodorkan resep dengan menggunakan tangan kanan lalu akan diterima oleh si penjaga apotek dengan tangan kirinya. Kontan saja saya menganti tangan, menggunakan tangan kiri saya dan si penjaga apotek tsb mengganti tangannya dengan tangan kanan da
n saya pun mengganti kembali dengan tangan kanan.

6 komentar:

Garuda di Bawah Siwa

8:16 PM 0 Comments

Garuda di Dadaku, lagu dari band netral ( ost, Garuda di Dadaku ) menjadi sangat terkenal. Apalagi kemarin saat tim nasional Indonesia sedang berjaya dalam laga AFF,
Gambar burung Garuda, lambang Negara Indonesia menjadi perbincangan di beberapa media. Bukan karena ada perubahan pada gambar burung garuda tapi pada tata peletakan gambar lambang negara tsb. Maka berhati-hatilah bila menempatkan simbol-simbol / lambang-lambang suatu negara. Salah-salah kita bisa digugat apabila salah dalam penempatan apa yang menjadi lambang kedaulatan suatu bangsa.

Sudah menjadi suatu keharusan di setiap perkantoran, lembaga, instansi baik negeri maupun swasta indonesia memasang foto / gambar burung garuda yang menjadi lambang kedaulatan / harga diri Bangsa Indonesia. Selain itu 2 foto yang wajib mengapit adalah gambar Presiden RI dan Wakil Presiden RI. Tata peletakannya tentu setiap dari kita sudah memahaminya dan bahwa tidak ada gambar yang lain di atas gambar Burung Garuda bukan..?

Nah bagaimana dengan gambar di samping ini..?

Sangat tergelitik hati saya untuk mengeluarkan HP dan menjepret salah satu pemasangan gambar ini. sebenarnya ada 2 hal yg membuat saya tertarik. Pertama adalah Gambar wakil presidennya yg masih memajang wajah Pak Yusuf Kalla. hehe.. lalu yang kedua adalah penempatan Gambar Dewa Siwa di atas gambar burung garuda.

Gambar ini saya dapatkan saat bersama teman2 diajak untuk santap malam bersama di sebuah ruangan puskesmas.
( gambar ini saya ambil pada tanggal 12 januari 2011 )

Penempatan gambar Dewa Siwa, di atas gambar Burung Garuda mengandung banyak makna. Entah apa tujuan dari peletakan Gambar Dewa Siwa ini, hanya si pemasang yang tahu. Saya sempat bertanya ke salah satu warga yang kebetulan lewat di sebelah saya. Menurut bapak tsb, peletakan Gambar Dewa Siwa itu adalah untuk menyatakan bahwa Tuhan / Dewa Siwa adalah yang paling tinggi, tidak ada yang lebih tinggi dari Tuhan, karena Tuhan-lah yang “memiliki” semuanya.

Jawaban yang sederhana, namun dari mimik / bahasa tubuh bapak itu menjawab, saya mendapat kesan bahwa beliau menjawabnya dengan sungguh-sunguh. Saya hanya mengangguk kecil mendengar jawaban bapak itu sambil melanjutkan santap malam yang sudah dipersilakan dan sesekali saya kembali melirik ke arah foto itu.

Sesaat sempat terlintas dalam pikiran saya konsep Tri Murti dalam Agama Hindu. Tri Murti atau tiga manifestasi Tuhan, yang dalam hal ini Dewa Brahma adalah pencipta, Dewa Wisnu adalah pemelihara dan Dewa Siwa bertugas untuk mem-prelina / melebur / mengembalikan ke asal. Ketiga Manifestasi Tuhan ini memiliki wahana-Nya masing –masing. Dewa Brahma disimbolkan mengendarai Angsa, Dewa Wisnu berwahana Burung Garuda dan Dewa Siwa wahana-Nya adalah Lembu Nandini.

Mungkin saja konsep ini yang menjadi inspirasi bagi si pemasang gambar untuk meletakkan Gambar Dewa Siwa di atas gambar burung garuda. Karena sejatinya baik Dewa Brahma, Dewa Wisnu maupun Dewa Siwa sejatinya adalah Tunggal, Tuhan itu sendiri. dan Tuhan berada di atas wahana-Nya..

Entahlah, biarkan hanya si pemasang gambar saja yg tahu…

Kembali saya katakan, peletakan foto / gambar memberikan banyak makna. Satu lusin kalimat konon tidak mampu untuk mengungkapkan arti sebuah poto atau gambar. Ya mungkin bapak itu benar. Semua tergantung dari sudut mana kita melihatnya.

Namun tetaplah kita harus selektif, berpikir secara cerdas, apalagi itu menyangkut tata letak Foto / gambar lambang suatu negara.

**ada 2 negara yang memakai Burung Garuda sebagai lambang Negara yaitu Indonesia dan Thailand

0 komentar:

Calonarang, Dramatari Magis

3:20 PM 0 Comments

Calonarang adalah cerita semi sejarah dari zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa timur) pada abad ke IX. Cerita Calonarang adalah sebuah dramatari ritual magis yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, baik itu ilmu hitam maupun ilmu putih. Ilmu hitam ini lebih dikenal dengan Pangiwa / Pangleyakan dan Panengen.
Dramatari calonarang memadukan 3 unsur penting yaitu Babarongan yang diwakili oleh Ba
rong Ket, Rangda dan Celuluk, Unsur Pagambuhan diwakili oleh Condong, Putri, Patih Manis ( Panji ) dan Patih Keras ( Pandung ) dan Palegongan diwakili oleh Sisiya-sisiya ( murid-murid ). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah Gede dan Bondres. Untuk tabuh pengiring , dramatari Calonarang biasanya menggunakan Gamelan Semar Pagulingan namun sering juga dipakai gamelan Gong Kebyar.

Da
ri segi tempat pementasan, pertunjukan Calonarang biasanya dilakukan dekat kuburan ( Pura Dalem ) dan arena pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi ( trajangan atau tingga ) dan pohon pepaya.

Sejatinya Calonarang adalah nama julukan seorang janda yang bernama Ni Walunateng Dirah dari Desa Dirah wilayah Kerajaan Kediri, Jawa Timur. Calonarang dikenal sangat sakti karena memiliki ilmu pengeleakan. Ia juga mempunyai seorang putri berparas cantik yang bernama Diah Ratna Mangali.

Diah Ratna Mangali ini telah dipinang oleh Raja Airlangga untuk dijadikan Ratu di Kerajaan Kediri. Tetapi pinangan ini kemudian dibatalkan dan Diah Ratna Mangali dikembalikan ke ibunya. Pembatalan peminangan ini dikarenakan Diah Ratna Mangali diduga bisa ngeleak dengan didasarkan pada hukum keturunan yaitu kalau ibunya bisa ngeleak maka anaknya pun akan mewariskan ilmu pengeleakan.

Ni Walunateng Dirah meras
a tersinggung atas perlakuan yang diterima anaknya. Ia bersama muridnya memohon anugrah kepada Bhatari Dhurga agar dapat membuat wabah penyakit. Apa yang menjadi permohonan Calonarang menjadi kenyataan, wabah penyakit aneh menyerang masyarakat. Setiap saat selalu ada yang meninggal. Kemampuan ilmu pengeleakan Calonarang benar-benar tak tertandingi. Patih Madri pun tidak sanggup menghadapi Ni Rarung, salah satu murid kesayangan Calonarang, dalam suatu adu kekuatan. Patih Madri dibuat buta oleh Ni Rarung yang merubah wujudnya menjadi paksi/burung.

Berita menyedihkan ini akhirnya sampai kehadapan Mahapatih Tastara Maguna. Beliau begitu bersedih mendengar bencana ini. Demi negeri yang dicintai, beliau bersedia untuk menandingi kekejaman Calonarang. Maka terjadilah pertempuran antara Mahapatih Tastara Maguna melawan Calonarang.

*ad
a juga versi lain yang menceritakan bahwa untuk mengalahkan Ni Walunateng Dirah, Mpu Beradah mengutus Mpu Bahula untuk mendapatkan pusaka yang dimiliki Ni Walunateng Dirah yaitu Niscaya Lingga dan Nircaya Lingga. Untuk mendapatkan pusaka ini, Mpu Bahula berpura-pura bersedia untuk menikahi Diah Ratna Mangali. Namun kemudian secara diam-diam mengambil pusaka Ni Walunateng Dirah dan menyerahkannya kepada Mpu Beradah.

Niscaya Lingga dan Nircaya Lingga adalah sebuah pusaka yang mampu menghidupkan dan mematikan apapun. Setelah pusaka itu dimiliki oleh Mpu Beradah, barulah kemudian Mpu Beradah menghadapi Ni Walunateng Dirah. Dalam suatu unjuk kesaktian itu, diceritakan konon Ni Watunateng Dirah tidak mampu menghidupkan kembali pohon beringin yang sudah dibakar oleh Mpu Beradah karena pusaka Niscaya Lingga dan Nircaya Lingga sudah tidak menjadi milik Ni Walunateng Dirah lagi.

0 komentar:

Anda Memang Baik...?

5:57 PM 1 Comments

Setelah beberapa hari yang lalu saya sempat mengcopy-kan kembali catatan kuliah sy ttg si pemimpin. Saya ingin mengatakan bahwa saya mendapat hadiah “luar biasa” dari seorang pemimpin. Berpikir baik2 saja, bahwa saya memang orang yg pantas untuk sesuatu ”hebat”, hehe..

Presiden adalah seorang pemimpin, direktur juga seorang pemimpin, manager pun seorang pemimpin, bahkan saya, kepala rumah tangga adalah seorang pemimpin. Namun apakah dari semua pemegang jabatan itu sudah bisa memimpin..? seharusnya sih BISA, namun kenyataannya tidak begitu. Kadang seseorang menjadi pemimpin diperoleh pada suatu kebetulan, KKN, pemanfaatan kesempatan, jabatan atau gelar saja.


Seorang pemimpin, di dalam sebuah keadaan ,apabila terjadi suatu permasalahan, ia haruslah yg akan menjadi motivator/motor penggerak untuk menyelesaikan simpul2 permasalahan. Seorang pemimpin haruslah bisa memahami permasalahan dan keadaan, menguraikannya menjadi sederhana, kemudian memilah-milah, membenarkan kembali dan pada akhirnya dapat disimpulkan kembali menjadi jalinan yg teratur. Pemimpin haruslah bekerja demi bawahannya, memilih2 orang yang ada di sekelilingnya adalah orang2 yg bisa bekerja, saling membantu untuk meneduhkan hati para bawahan. Kalau seperti ini, saya yakin para bawahan akan siap berdiri di belakang, merapatkan barisan. Bukan justru sebaliknya, memakai jabatan dan kekuasaan untuk melemahkan semangat bawahan. Dengan beragam aturan yg ngawur, bahkan parahnya adalah mengancam anak buahnya sendiri. Bagaimana bisa anda mendapatkan hati kami..? Yg ada adalah kebosanan kami melihat aturan anda yg kacau dan kami akan selalu tersenyum dan membicarakan keburukan anda di belakang punggung anda, para pemimpin.


Saya masih memiliki harapan kalau anda adalah benar2 pemimpin kami yg baik, yang akan mengarahkan roda ke arah yg baik pula, menghindarkan kami dari benturan2 dan menjadi tempat di mana kami bisa ber-argument secara terbuka dan mendapatkan masukan yg akan membuat kami lega. Saya pun pecaya bahwa anda pun ingin menjadi pemimpin yg baik. Semoga bukan karena obsesi berlebihan, sehingga melupakan bahwa andalah cermin ketauladanan kami dan mungkin ini membuat sikap anda selama ini menjadi sedikit menyimpang dari pemimpin yg seharusnya. Saya juga tahu, pemimpin yg baik itu tidak gampang. Namun tidak akan sulit bila memang berniat menjadi pemimpin yg baik. dan saya yakin anda bisa




*oh enaknya menulis ngawur,


*sebuah mobil dikemudikan oleh sopir tidak becus, kita semua pasti tahu bagaimana hasil akhir mobil tsb

1 komentar:

Ber-Mimpi di Ujung Tahun…..

8:30 AM 1 Comments

Penghujung tahun kali ini sudah terlihat dengan jelas. Sebuah garis bantu pembatas untuk membedakan tahun ini dengan tahun besok. Secara tegas, kita harus menyadari bahwa hari ini adalah mimpi indah hari kemarin, sedangkan tindakan kita sekarang adalah kejadian lampau untuk tahun baru besok.

Kenapa berhenti untuk bermimpi..?

Mungkin kita sering mendengar sebuah istilah popular, “Stop Dreaming, Start Action!”. Dalam hati saya berpikir, kenapa harus berhenti untk bermimpi.? Beberapa karya luar biasa tercipta dari mimpi2 yg mungkin pada masanya hanya dianggap kemustahilan belaka.


Apa yang terjadi seandainya saja
Michael Faraday menghentikan mimpinya..? atau Antonio Santi Giuseppe Meucci pun ikut berhenti untuk bermimpi…?

Mungkin saja sekarang saya menulis dengan temaran lampu minyak atau mengirimkan selamat idul fitri untuk mertua dengan selembar kertas, tidak dengan memencet nama Rumah Nganjuk di contact HP saya.


Mimpi-mimpi besar membutuhkan banyak usaha keras. Tidak lantas hanya penuh dengan mimpi namun tetap menikmati selimut hangat akan benar-benar berhasil mewujudkannya. Ini akan membuat kita HANYA menjadi Sang Pemimpi.
Mungkin yg dimaksud adalah dengan berhenti HANYA menjadi Sang Pemimpi dan dengan memulai beraksi inilah akan mampu menghasilkan sebuah karya nyata.

Mimpi saya adalah kaya
Sungguh, saya masih seperti ini, perubahan pasti namun terkesan lamban, mungkin saya masih belum konsen untuk bermimpi dan dalam usaha serta doa. Kemiskinan masih sering terlintas dalam kehidupan selama ini


Saya merasa perlu perhiasan karena saya miskin. Sedari tahun2 kemarin selalu sama, karena tiap2 tahun berganti saya masih saja miskin. saya masih menaruh harapan dengan kerja keras dan doa agar sebuah cita2 yang selama ini tertanam lewat mimpi2 menjadi seorang yang kaya bisa terwujud. Saya percaya itu adalah energy yang akan mampu menghantarkan saya menjadi sesuai dengan mimpi saya, keluar dari derita, mendobrak kemiskinan dan menjadikan saya kaya.


Terus bermimpi dan tetap bertindak
…,
fokus untuk merangkai impian melalui hal2 kecil, tindakan sederhana hingga meraih keajaiban dalam kehidupan menjadi seseorang yang KAYA akan hal2 positif dan tentu saja kebahagiaan bagi semua khususnya orang2 di sekeliling kita.



Hmm.., bagaimana dengan mimpi anda…?

1 komentar: