I Binor

Dyah Manik Bengkel
Di Hutan Bengkel..

Keindahan Hutan Bengkel, begitu memesona. Keasrian hutan membuat para binatang hidup dengan tenang. Dyah Manik Bengkel berhasil membuat setiap yang memasuki hutan, berdetak akan keindahan hutan. 

Ni Sujang
Ni Semalang
Pagi ini, Dyah Manik Bengkel duduk termenung dalam kesendiriannya. Halauan kepak burung kenari tidak juga mengedipkan
kelopak Sang Nata.






Perjalanan dingin menjauh akibat halauan matahari di dalam sinar kulitnya yang semakin keriput hanya mampu menggoyahkan tangan yang lain untuk mengusap. Kewibaan masih terasa di rona sendu, sesekali seperti mengangguk, berbicara dengan seseorang. Begitu dihormati oleh para penghuni hutan, bahkan para penghuni tak kasat mata memilih segan. Parau suara tiba-tiba terdengar, “Ni Sujang, tolong panggilkan adikmu…”

Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan. Tatapan mata sendu masih tak bergeming, namun anggukan sudah tenang seperti teman yang tidak tidak ada lagi. 

“sembah sujud ku buat Ibu,,,” Ni Semalang menatap sekelompok debu di atas tanah yang masih tertidur dengan tenang. Sudah lama mereka menjaga hutan bengkel. Keindahan hutan, sejuk hinggap di kulit menandakan indah yang sesungguhnya. Jagalah hutan dengan baik, bukan saat berhasil membuat indah menjadi tujuannya. Bekerja dengan baik, memberikan hasilnya kepada alam, itu adalah kerja yang sesungguhnya, kebahagiaan yang diinginkan. Nampak senyum sang nata membalikkan tubuh tuanya,, “kita berjalan..”


Di Peguyangan

Jro Bendesa Gading Wani

Kehidupan masyarakat peguyangan begitu tenteram. Jro Bendesa Gading Wani mengatur kehidupan masyarakatnya dengan beijaksana. Ajaran agama dengan perpaduan budaya dan sastra beliau pelajari layaknya sarapan yang harus diselesaikan. Ada saling hormat-menghormati. Menjadi contoh di masyarakat, berdiri di tepi terdepan adalah sesuatu yang sulit untuk dipertahankan. Laksanakan dengan rasa syukur bakti pada sang alam, mampu berjalan dengan baik kerta raharja. 









Keinginan Jro Bendesa untuk sedikit melebarkan wilayah Peguyangan sempat dilontarkan pada kedua abdi. Jro Bendesa ingin Peguyangan “jimbar”, luar dan tenteram berdampingan satu dengan lain. “..kita menuju ke tepi sisi selatan..”







Kenapa Merusak..?

Ida Sasuhunan
Tepi selatan hutan telah diratakan, proses men-jimbar-kan peguyangan telah dimulai. Keinginan agar masyarakat bisa hidup layak, leluasa dan sejahtera, tidak yang lain.  Dua wanita cantik bersedih melihat alam sedang diperlakukan dengan tidak layak. Keindahan alam tidak seharusnya menjadi korban akibat dari kesejahteraan manusia. Manusia harus bisa menghormati alam, seperti terlantunkan nilai penyebab kebahagiaan. Kekecewaannya mulai dirasakan, dia yang telah menjaga hutan dengan segenap hatinya, merasa terhinakan dengan yang ia lihat kali ini.  


Ni Sumalang mempertanyakan tujuan Jro Bendesa Gading Wani merusak hutan. Namun, justru ada keributan dalam adu pendapat mereka. Ni Sumalang, “bolehkan aku marah kali ini…?”

Dyah Manik Bengkel tersenyum mendengar cerita Ni Sujang. Angin bertiup, sepertinya ada begitu banyak yang datang. Senyum dari wajah tua itu masih Nampak, namun kali ini, seperti mengerikan. “Jika ini yang diinginkan Bendesa Gading Wani, biarkan dia bekerja sesuai dengan keinginannya“


Ngeruak..?

I Binor
Lihat, I Binor.. lihat, I Binor..   Warna merah cantik bertengger di daun telinga, kembang sepatu warna merah, menandakan keberanian. Saling tersenyum dengan empat saudara. Lahir di dunia, semestinya tahu, dari mana, kenapa dan kemana. Tetap kukuh dalam kebenaran dengan berpikir, berkata dan berbuat yang baik. 

Entah kenapa, I Binor merasa sendu. Teringat akan pesan yang disampaikan bendesa gading wani di Peguyangan memohonkan bantuan I Binor. Entah wabah apa yang menimpa masyarakat Peguyangan, banyak yang meninggal tanpa sakit. I Binor paham bahwa hutan itu adalah “pingit”. Apalagi hutan Beng sangat disayang oleh Diah Manik Bengkel. Kesedihan biarkan berlalu, apa yang telah terjadi dicarikan penyelesaian. Ada sikap-sikap seorang kesatria, berani menghadapi musuh, berdiri di depan dan rela berkorban. Persahabatan sejati, adalah ada saat sahabat membutuhkan pertolongan. I Binor melangkahkan kaki menuju hutan Beng.


Ida Sasuhunan
Hutan Beng, hutan yang indah. Para penghuni hutan bernyanyi bersama untai dedaunan pohon hutan. Namun ada rasa yang berbeda. I Binor menatap dalam setiap daun yang jatuh. Mencari dimana Dyah Manik Bengkel, untuk dikembalikan menjadi sebagaimana yang seharusnya. Anugrah yang didapat harus digunakan dengan baik pula. 






Kekuatan yang besar bukan sebuah kesewenang-wenangan namun ada  sebuah tanggung jawab yang berat. Energi buruk yang ditebar membuat ia salah dalam bertindak. Sangat patut  ia diingatkan untuk menjadi baik. 

Tari Rejang dalam prosesi "Ngeruak"
Hutan yang tercemar dikembalikan seperti sedia kala. Untuk menghormati “anugrah” alam semesta, dibangunlah “parhyangan” yang dinamakan Pura Dalem Bengkel. 



tengs – keluarga besar pura kahyangan desa pohgading, ubung kaja

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: