Sekilas Dari Spirit of Raka Rasmi

11:41 AM , 2 Comments

“Menari merupakan bagian hidup saya. Bila tak menari, tubuh terasa kelu. Karena itu, saya senang mewariskan tarian Legong dan Oleg kepada generasi penerus sebagai yadnya” Ni Gusti Ayu Raka Rasmi

Seperangkat gamelan sudah tertata dengan baik. Gapura Puri Peliatan Ubud akan menjadi latar belakang Pementasan Tari Oleg pada acara “Spirit of Raka Rasmi”. Agung Wirati masih sibuk mengkoordinasikan beberapa hal agar pementasan dapat berlangsung sesuai rencana dan para penari juga dapat tampil secara maksimal. Saking sibuknya beliau, saya sempat menitipkan pesan, bahwa saya butuh waktu beliau 5 menit untuk berbicara, hahahaa…

Sejatinya ini adalah acara ulang tahun Ni Gusti Ayu Raka Rasmi, sang maestro tari Bali. Raka Rasmi adalah anak pertama dari lima bersaudara ini lahir di kota pusat seni, Ubud Bali. Raka Rasmi mulai belajar Tari Legong sejak umur 9 tahun dibimbing oleh Gusti Made Segog dan Anak Agung Gede Mandar. Dari kedua orang inilah Raka Rasmi banyak mendapat tempaan menjadi seorang penari.

Penglingsir Puri Agung Peliatan, Cok. Gde Putra Nindia, salam sambutannya menyampaikan bahwa beliau merasa bangga memiliki seorang Ayu Raka, seorang ibu dengan beragam penghargaan baik nasional maupun internasional. “Tentu ini merupakan hal yang luar biasa, diusia yang sudah senja namun semangat seorang Raka Rasmi begitu membara”, lanjut Cok. Gde Putra Nindia.

Disamping Ibu Agung Satria Naradha Dan Ibu Bintang Puspayoga, hadir juga sang maestro Jro Puspa, yang terlihat begitu antusias menyaksikan semua penampilan tari oleg. Walau usia beliau juga sudah senja namun setiap kegiatan seniman tua yang digagas oleh Yayasan Intan Budaya Negeri pimpinan Ibu Agung Wirati, beliau selalu menyempatkan untuk hadir. Ini adalah kali ke-tiga saya ketemu dengan beliau. Sesekali nampak anggukan kecil beliau seperti ikut larut dalam gerakan para penari. Entah kenapa saya senang sekali memperhatikan beliau, hahaa… mungkin gara-gara setahun yang lalu di tempat yang sama namun dalam acara berbeda, selesai menari Tari Candra Metu, beliau duduk bareng bersama para penonton dan kebetulan beliau duduk di samping saya. saya sempat mengatakan bahwa duduk di sini akan kena damuh (embun) akan membuat pusing. Jadi lebih Ibu Jero duduk di Balai Daja/Utara yg ada atapnya. Namun seingat saya, beliau hanya tersenyum lalu mengatakan bahwa sebenarnya beliau memang sedang tidak enak badan dan putra beliau, AA Puspayoga yang juga wakil Gubernur Bali, sudah tidak meng-ijinan untuk pergi dan menari malam-malam. Tapi Ni Made Rupawati atau Jero Puspa tetap ngotot dan merasa mendapat energi yang besar untuk datang dan ikut menari.

Acara ulang tahun yang mengambil tema “Spirit of raka rasmi” merupakan sebuah upaya agar semangat yang dimiliki oleh seorang raka rasmi mampu diteladani oleh para generasi muda. Kesenian dan budaya bali yang begitu terkenal hingga ke berbagai belahan dunia agar nantinya tidak hanya menjadi cerita anak-anak saja, tapi akan terus berlanjut dan bahkan mampu melebihi gaung para pendahulunya. Kesenian luar yang banyak menggerus para generasi muda saat ini bukan merupakan sesuatu yang salah namun harus tetap kita gunakan filter untuk memilah hal-hal mana yang patut kita ambil dan buang. Pakem-pakem yang telah diwariskan para pendahulu khususnya para seniman tua harus tetap kita pertahankan dan gunakan sebagai acuan dalam mengembangkan berbagai kesenian yang tercipta.

Pada malam itu, secara berturut-turun ditampilkan Tari Pendet Style Peliatan, Tari Oleg Tamulilingan oleh penari cilik, menengah, remaja dan senior.

Penari Terbaik

Tari Oleg Tamulilingan, pada awalnya dinamakan Tamulilingan Mangisep Sari. sebuah karya seniman besar I Ketut Maria tahun 1952 atas permintaan John Coast (dari Amerika). Tarian ini melukiskan dua ekor kumbang jantan dan betina yang sedang memadu kasih di taman bunga dan Ni Gusti Ayu Raka Rasmi-lah yang tercatat sebagai penari pertama tarian ini. Penari kelahiran Banjar Teruna, Peliatan Ubud tahun 1939 ini telah banyak mendapat bimbingan oleh kedua guru tarinya, kemudian kembali mengikuti keinginannya untuk belajar tari Oleg Tamulilingan dari Sang Maestro I Ketut Maria.

Bukan hanya tari oleg tamulilingan saja yang mampu ditarikan dengan sangat baik tapi disetiap penampilannya baik dalam menari Condong, Legong, Garuda dll, Ayu Raka atau Raka Rasmi tetap mampu memikat siapa saja yang menyaksikan gerak Ayu Raka menari. Karena inilah seorang Impresario asal Inggris, John Coast terkagum-kagum dan kemudian menobatkan Ayu Raka sebagai seorang bintang dalam menari. Bahkan Raka rasmi menjadi cover buku "Dancing Out of Bali" karya John Coast.

Kini, diusia senja, seorang Raka Rasmi masih tetap penuh dengan energi. Semangat beliau sepertinya tidak pernah habis. Disela-sela kesibukan, beliau masih menyempatkan diri untuk saling berbagi, bernyadnya untuk menebar semangat bagi para generasi muda. Bali yang begitu terkenal diluar negeri, bali yang selalu menjadi tujuan pariwisata Indonesia bahkan dunia dan bali adalah karya Tuhan yang terindah… dengan begitu luhung seni dan budayanya jika tidak kita yang mencintai, siapa yang akan mampu melestarikan kebudayaan ini.




yannusa
tengs edit foto untuk Kanaya Radha

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

2 komentar:

  1. Tulisan yang sangat bagus, dalam dan sarat informasi tentang sejarag tari Bali

    BalasHapus